==============================================================================
Namanya:
Abdullah bin Mughaffal bin Abdu Ghunmin atau Ibnu Nahmin bin Afif bin As-Ham bin Rabi'ah bin Azdar atau Ibnu 'Adi bin Tsa'labah bin Dzuaib atau Zuaid bin Sa'ad bin Ida bin Utsman bin 'Amr bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar Al-Bashri. Beliau terkenal dengan nama aslinya ini.
Nama panggilannya ialah Abu Sa'ied atau Abu 'Abdirrahman atau Abu Ziad. Karena beliau memang mempunyai anak-anak yang bernama Sa'id, Abdurrahman,, Ziad, dll berjumlah tujuh orang.
Abdullah bin Mughaffal bin Abdu Ghunmin atau Ibnu Nahmin bin Afif bin As-Ham bin Rabi'ah bin Azdar atau Ibnu 'Adi bin Tsa'labah bin Dzuaib atau Zuaid bin Sa'ad bin Ida bin Utsman bin 'Amr bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar Al-Bashri. Beliau terkenal dengan nama aslinya ini.
Nama panggilannya ialah Abu Sa'ied atau Abu 'Abdirrahman atau Abu Ziad. Karena beliau memang mempunyai anak-anak yang bernama Sa'id, Abdurrahman,, Ziad, dll berjumlah tujuh orang.
Kehidupannya:
Beliau termasuk golongan shahabat yang ikut melakukan Bai'atur-Ridhwan atau bai'atus-Syajarah yaitu sumpah setia yang dilakukan di bawah sebatang pohon pada satu tempat yang bernama Hudaibiah dalam tahun ke tujuh Hijriyyah. Beliau sendiri bercwerita tentang peristiwa yang sangat penting itu, "Aku termasuk di antara orang-orang di bawah mana Nabi saw mengambil bai'ah atau perjanjian sumpah setia dari para shahabat.
Sejak itu beliau tidak pernah absen lagi dalam perjuangan menegakan dan meyebarkan ajaran agama Islam di mana-mana bersama-sama dengan Nabi saw hingga wafatnya, kecuali ghazwah Tabuk.
Beliau termasuk golongan shahabat yang ikut melakukan Bai'atur-Ridhwan atau bai'atus-Syajarah yaitu sumpah setia yang dilakukan di bawah sebatang pohon pada satu tempat yang bernama Hudaibiah dalam tahun ke tujuh Hijriyyah. Beliau sendiri bercwerita tentang peristiwa yang sangat penting itu, "Aku termasuk di antara orang-orang di bawah mana Nabi saw mengambil bai'ah atau perjanjian sumpah setia dari para shahabat.
Sejak itu beliau tidak pernah absen lagi dalam perjuangan menegakan dan meyebarkan ajaran agama Islam di mana-mana bersama-sama dengan Nabi saw hingga wafatnya, kecuali ghazwah Tabuk.
Dalam
persiapan untuk melakukan perang/ghazwah Tabuk yaitu suatu peperangan yang
letak medan pertempurannya sangat jauh lagi pula dilakukan dalam musim panas
yang sangat membakar, musim paceklik yang amat mencekik dan hampir pula dengan
musim panen tanam tumbuhan yang menggairahkan, ternyata Abdullah bin Mughaffal
ini semakin hari semakin tambah bingung dan bimbang. Lebih-lebih setelah hampir
tibanya hari pemberangkatan. Sebab ia dalam usahanya untuk mendapatkan
kendaraan dan ongkos tetap gagal tidak berhasil, mengingat jarak yang dituju
dan telah ditetapkan itu sangat jauh.
Tapi
karena dorongan imannya yang sempurna dan keyakinan yang benar, ia berusaha
terus dan tidak berputus asa. Dalam hati kecilnya hanya terguris harapan agar
dapat mati syahid atau tersebarnya agama Islam di samping harapan terbesar
ialah dapat tetap ikut berperang sabil bersama-sama dengan Rasulullah saw.
Namun setipa usaha yang dicobanya tetap buntu dan tidak berhasil. Akhirnya ia mencoba memohon bantuan kepada Nabi saw sendiri untuk kalau-kalau dapat mengusahakan kendaraan. Tapi betapa kecewanya ketika mendengar jawaban beliau, "Aku juga tidak dapat mengusahakan kendaraan-kendaraan buat mengangkut kalian." Akhirnya ia hanya dapat melampiaskan kekesalan hatinya untuk mengadu halnya kepada Tuhannya dengan cara menangis. Ia pun menangis dan menangis.
Namun setipa usaha yang dicobanya tetap buntu dan tidak berhasil. Akhirnya ia mencoba memohon bantuan kepada Nabi saw sendiri untuk kalau-kalau dapat mengusahakan kendaraan. Tapi betapa kecewanya ketika mendengar jawaban beliau, "Aku juga tidak dapat mengusahakan kendaraan-kendaraan buat mengangkut kalian." Akhirnya ia hanya dapat melampiaskan kekesalan hatinya untuk mengadu halnya kepada Tuhannya dengan cara menangis. Ia pun menangis dan menangis.
Alangkah
sedih fikirnya ketika menyaksikan orang-orang dan teman-temannya yang mampu,
berbaris dan bershaf-shaf, berderap-derap dengan langkah yang teratur mengikuti
komando Nabi saw keluar menuju medan laga untuk fi sanilillah sedang ia sendiri
tidak berkemampuan dan tidak mempunyai kendaraan. Ia sedih, karena harus
tinggal dalam kota bersama-sama dengan orang-orang perempuan, anak-anak kecil
yang belum memenuhi syarat untuk mengikuti perang sabil. Orang-orang tuna
netra, orang-oarng sakit, dll. Tatkala lamunannya sampai ke situ, mengucurkan
air matanya untuk kesekian kalinya.
Untuk
seketika sedihnya menjadi sirna waktu mendengar bunyi ayat yang baru diturunkan
kepada Nabi saw, "Dan tiada (pula terkena dosa) atas orang-orang yang
apabila datang kedapamu supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu
berkata, 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.' Maka mereka kemabali
sedang air mata bercucuran karena kesedihan lantaran mereka tidak memperoleh
apa yang mereka nafkahkan atau ongkos." (QS. At-Taubah:92)
Untuk sementara ia senang karena ia termasuk di antara orang-orang yang
dimaksud dalam ayat itu. Namun, ia tetap masih bersedih hati lantaran tidak
dapat ikut bertempur dan tidak dapat mengikuti jejak Nabi saw yang sangat
dicintainya itu.
Dalam
Zaman Khulafa' Rasyidin:
Demikian kehidupan Abdullah hingga wafatnya Nabi saw. Maka dalam masa Khulafah Abu bakar, ia tetap ikut dalam peperangan untuk menumpas kaum-kaum yang berkepala batu, murtad dan tidak mau mengeluarkan zakat.
Demikian kehidupan Abdullah hingga wafatnya Nabi saw. Maka dalam masa Khulafah Abu bakar, ia tetap ikut dalam peperangan untuk menumpas kaum-kaum yang berkepala batu, murtad dan tidak mau mengeluarkan zakat.
Dalam zaman khalifah-khalifah Umar dan Usman, juga ia tidak ketinggalan dalam
usaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah timur tengah lainnya.
Ketika daerah Iraq telah di Islam-kan khalifah Umar secara beruntun mengirimkan
sepuluh orang Ahli Fiqih untuk mengajarkan agama di Bashrah. Maka terdapatlah
di antara hadits-hadits yang diriwayatkannya terdapat perawi dari ulama'-ulama'
Bashrah atau Kufah.
Dalam
perjuangannya yang gigih untuk memasukan Islam ke daerah Tustar, beliau
berhasil sebagai orang yang pertama sekali memasuki pintu gerbang kota itu.
Demikianlah
satu demi satu negeri dan daerah protektorat Romawi di Timur Tengah jatuh ke
tangan umat Islam, berkat usaha beliau dengan kawan-kawannya di bawah pimpinan
panglima-panglima yang terkenal semisal Abu 'Ubaidah (Amir bin Jarrah, Khalid
bin Walid, dll).
Dalam masa khalifah Ali bin Abi Thalib, ia memilih tempat tinggal dan berhijrah
ke Bashrah. Di sana ia memiliki sebuah rumah yang dibangunnya dekat masjid.
Pada rumahnya dan di daerah itulah ia menghabiskan sisa-sisa hidupnya dengan
giat mengajar dan beribadah lainnya hingga ia wafat dalam tahun 60 H atau tahun
59 pada masa akhir hidupnya khalifah Mu'awiah bin Abi Sufyan.
Jenazah
beliau untuk memenuhi washiatnya sendiri, telah disembahyangkan atasnya oleh
shahabat Abu Barzah Al-Aslami ra.
Riwayatnya:
Atas jasa-jasanya maka Allah SWT telah mengkaruniai beliau nama yang kekal abadi termaktub dalam kitab-kitab hadits sebagai sumber sejumlah 43 hadits. Bukhori dan Muslim bersepakat atas empat hadits daripadanya, sedangkan Bukhori sendiri saja hanya satu hadits dan Muslim sendiri juga satu Hadits.
Di antara orang-orang atau ulama Tabi'in yang menerima hadits riwayat beliau ialah Hasan Al-Bashri, dll.
Atas jasa-jasanya maka Allah SWT telah mengkaruniai beliau nama yang kekal abadi termaktub dalam kitab-kitab hadits sebagai sumber sejumlah 43 hadits. Bukhori dan Muslim bersepakat atas empat hadits daripadanya, sedangkan Bukhori sendiri saja hanya satu hadits dan Muslim sendiri juga satu Hadits.
Di antara orang-orang atau ulama Tabi'in yang menerima hadits riwayat beliau ialah Hasan Al-Bashri, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar