Selasa, 03 Januari 2012

Meluruskan Makna Beriman Kepada Al-Quran

Al-Qur’an itu adalah firman Allah yang diturunkan untuk seluruh umat manusia agar dijadikan sebagai pedoman hidup, aturan yang dipatuhi dan jalan untuk menempuh kehidupan di dunia, agar bisa meraih kebahagiaan di dalam kehidupan di akhirat kelak. Namun, kita tidak akan dapat menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman, petunjuk dan jalan bagi kehidupan kita, bahkan sebaliknya, kita akan jauh dari ajaran-ajaran al-Qur’an, apabila kita tidak meluruskan iman kita kepada al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah iman yang telah dijelaskan oleh para ulama kita terdahulu.

Dan memang sudah saatnya kita harus meluruskan kembali keyakinan dan keimanan kita kepada al-Qur’an sehingga iman kita benar-benar mempunyai makna di dalam kehidupan kita. Sebab dalam kenyataannya, kebanyakan kita yang mengaku beriman kepada al-Qur’an masih sangat jauh dari al-Qur’an, prilaku kebanyakan kita belum mencerminkan ajaran al-Qur’an dan budaya hidup kita bukan budaya yang bersumber dari petunjuk al-Qur’an. Justru malah sebaliknya, ummat terasa makin jauh dari ajaran al-Qur’an yang kita anut. Tidakkah budaya Barat telah menjadi agama kebanyakan orang-orang yang ber-KTP Islam?

Tidakkah kita saksikan bagaimana perayaan tahun baru masehi telah menjadi ajaran yang diamalkan setiap tahun? Tidakkah Valentine’s Day telah menjadi hari raya sebagian besar mereka yang mengaku beragama Islam, padahal itu ajaran atau budaya Barat Nasrani dan bentuk dari pengkultusan mereka terhadap seorang pendeta? Tidakkah perayaan hari ulang tahun dan ulang tahun pernikahan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kebanyakan orang yang mengaku beragama Islam? Tidakkah pergaulan bebas, pacaran sudah seperti layaknya suami-istri, sex di luar nikah, hamil sebelum nikah sudah makin membudaya dan menjadi hal yang biasa serta tidak dipungkiri? Di mana rasa takut kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala di dalam melakukan dosa-dosa besar itu? Tidakkah pakaian kebanyakan putri-putri remaja (yang beragama Islam) makin seronok, span, transparan dan makin tidak sopan? Lalu bagaimana dengan makin menjamurnya pencandu narkoba, penjualan minuman keras, tempat-tempat ke-maksiatan?

Mari kita lihat, berapa banyak orang yang mengaku beragama Islam yang belum mengerjakan shalat, kadang-kadang shalat dan mengabaikannya? Dari sisi keyakinan dan kepercayaan, kita masih menyaksikan banyak sekali perbuatan kemusyrikan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku bertauhid dan beragama Islam. Lihat saja fenomena perdukunan, paranormal dan orang pintar, persembahan tumbal (sesajen) untuk keselamatan di lautan, di rumah baru, pesta perkawinan dan lainnya, pengab-dian kepada jin dan syetan. Itu semua menunjukkan makin jauhnya kebanyakan kaum muslimin ini dari ajaran al-Qur’an dan makin akrabnya mereka dengan budaya Barat dan ajarannya.

Al-Qur’an di dalam sebagian masyarakat kita hanya dijadikan sebagai bacaan ritual yang tidak bermakna. Membacakannya dengan lantunan suara merdu diperlombakan secara nasional, bahkan internasional. Namun mempraktekkan atau mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam bacaannya itu tidak pernah diperlombakan. Kita tidak pernah mendengar di negeri ini suatu desa, kecamatan atau kabupaten yang memperlombakan praktek al-Qur’an di dalam kehidupannya. Yang ada adalah Musabaqah Tilawatil Qur’an, yang hanya memperlombakan bacaan dan melagukannya dan melombakan sedikit maknanya dengan menelan biaya milyaran rupiah.

Dan yang sudah menjadi tradisi di masyarakat kita, padahal itu sangat keliru karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam , para shahabatnya dan tidak pula oleh para ulama, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi‘i dan Imam Ahmad, yaitu adanya tradisi membacakan al-Qur’an untuk orang yang sudah mati, bahkan kadang-kadang yang dibaca hanya surat-surat tertentu saja, seperti surah Yasin hingga seolah-olah isi al-Qur’an itu adalah Surah Yasin. Dan yang sangat mengherankan lagi adalah “sudah puluhan tahun membaca Yasin, bahkan sudah hafal di luar kepala, namun tidak satu ayat pun yang ia fahami”. Mudah-mudahan pembaca sudah mengerti dan memahami makna yang terkan-dung di dalam Surat Al-Fatihah yang selalu dibaca di dalam shalat setiap hari tidak kurang dari 17 kali!

Ada tradisi lain yang sangat bertentangan dengan ajaran al-Qur’an, yaitu al-Qur’an dicetak sangat kecil hingga tidak dapat dibaca, ia ditulis dengan tinta emas kemudian dijadikan jimat penangkal syetan atau untuk kekebalan. Ada pula yang mengamal-kan ayat-ayatnya secara sepotong-sepotong untuk tujuan tertentu, seperti guna-guna, supaya mudah dapat rizki dan lain-lainnya. Itu bisa anda lihat di dalam buku-buku mujarrabat yang cukup diminati oleh kebanyakan orang awam.

Ada pula yang menjadikan ayat-ayat al-Qur’an hanya sebagai perhiasan, ditulis dengan tulisan indah lalu ditempelkan di dinding rumah, mushalla atau masjid-masjid. Al-Qur’an diturunkan sama sekali bukan untuk tujuan-tujuan murahan seperti itu! Ia diturunkan oleh Allah agar pesan-pesan yang terdapat di dalamnya kita jadikan sebagai pedoman dan jalan hidup kita, demikianlah Allah menegaskan kepada kita,
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai pedoman bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai pedoman itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil”.(Al-Baqarah: 185)

Itulah beberapa contoh kesalahan di dalam mempraktekkan arti beriman kepada Al-Qur’an yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Mengapa demikian? Karena rukun iman yang merupakan prinsip dasar ajaran Islam itu tidak dipelajari dengan baik dan secara sempurna. Ini bararti kita semua wajib mempelajari kembali rukun-rukun iman itu secara mendalam. Kita wajib mempelajari bagaimana seharusnya beriman kepada al-Qur’an dan bagaimana seharusnya kita memperlakukan al-Qur’an, agar keyakinan, pola hidup dan prilaku kita bisa mencerminkan ajaran dan pesan-pesan al-Qur’an.

Beriman kepada al-Qur’an itu artinya adalah kita meyakini dengan sepenuh hati bahwa al-Qur’an itu adalah wahyu atau firman Allah kepada kita dan untuk kita semua. Allah menurunkannya kepada kita agar kita jadikan sebagai pedoman dan jalan hidup kita yang wajib kita patuhi di dalam seluruh aspek kehidupan kita, selama kita masih hidup di dunia ini. Beriman kepada al-Qur’an juga berarti kita harus membuang jauh-jauh segala keyakinan, budaya dan tradisi apa saja yang tidak sejalan dengan ajaran al-Qur’an. Maka di dalam mempelajari al-Qur’an tidak boleh berhenti pada “bagaimana cara membacanya dengan baik”, tetapi harus lebih dari itu! Kita pelajari bacaannya untuk mengetahui pesan apa yang terdapat di balik bacaan itu. Apabila pesan yang terkandung di dalamnya adalah berkenaan dengan keimanan, maka kita wajib meyakininya dengan sepenuh hati, dan apa bila pesannya berbentuk perintah, maka kita wajib mengamalkannya dengan ikhlas dan lapang dada. Dan apabila pesan yang disampaikannya berbentuk larangan, maka kita harus menjauhinya! Itulah makna beriman kepada al-Qur’an.

Berkenaan dengan kewajiban memahami al-Qur’an ini Allah berfirman,
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 24)
Bahkan Allah Subhannahu wa Ta'ala menjamin kemudahan kita untuk mempelajari dan memahami al-Qur’an. Hal itu agar al-Qur’an benar-benar dapat dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk hidup kita. Perhatikanlah firman-Nya berikut ini,
“Dan sesungguhnya Kami telah mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (darinya)?” (Al-Qamar: 17)

Para shahabat Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam di dalam mempraktekkan iman kepada al-Qur’an pun selalu seperti itu, sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang dari mereka, yaitu Ibnu Mas‘ud Radhiallaahu anhu seraya berkata, ”Apabila salah seorang dari kami belajar sepuluh ayat al-Qur’an, maka ia tidak akan berpindah kepada ayat yang lain sebelum ia mengerti maknanya dan mengamalkannya”. (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari)

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam sendiri sering sekali menghimbau kaum muslimin untuk membudayakan al-Qur’an, beliau menyetarakan pahala dan derajat orang yang mengajar al-Qur’an dengan orang yang mempelajarinya, seperti beliau sabdakan:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan orang yang mengajarkannya”.

Untuk itu, wahai saudaraku yang budiman, mari kita luruskan keimanan kita kepada al-Qur’an dengan cara kembali kepada al-Qur’an, mempelajari bacaannya, memahami makna dan pesan-pesan yang terkandung di dalam ayat-ayatnya, kemudian kita amalkan dengan penuh keikhlasan dan kesada-ran jiwa.

Mari kita tanyakan kepada diri kita dan kita cari jawabannya di dalam al-Qur’an. Sudahkah iman dan tauhid saya seperti apa yang dikehendaki di dalam al-Qur’an? Apakah akhlak dan prilaku saya sudah mencerminkan akhlak ajaran al-Qur’an? Apakah hidup saya di keluarga dan di masyarakat sudah mencerminkan ajaran al-Qur’an? Apakah anak-anak dan keluarga saya sudah menjalankan ajaran al-Qur’an? Tutur kata saya, cara berpakaian dan bersikap saya sudahkah seperti yang diajarkan oleh kitab suci al-Qur’an? Perjuangan dan pengorbanan apa yang telah saya lakukan untuk Islam dan al-Qur’an? Kita tanyakan pula, “Apakah setiap perbuatan yang akan saya lakukan selalu saya ukur dengan ajaran al-Qur’an?”
Jika jawabannya adalah “ya” maka bersyukurlah kepada Allah dan mohonlah kepada-Nya kekuatan dan istiqamah padanya. Dan jika jawabannya “tidak” atau “belum”, maka sekaranglah saatnya kita mengubah kehidupan kita, dan sekaranglah saatnya kita berhijrah kepada al-Qur’an dan hidup di bawah naungan al-Qur’an, sebelum ajal yang makin dekat menghampiri kita merenggut nyawa kita.

Berkata Husain bin Ali Radhiallaahu anhu, ”Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian memandang al-Qur’an sebagai risalah yang benar-benar datang dari Rabb mereka. Maka mereka sungguh-sungguh dalam mempelajarinya pada waktu malam dan terus mencarinya di kala siang.
Al-Fudhail bin Iyadh berkata, “Pembawa al-Qur’an adalah pembawa panji Islam, maka tidak selayaknya bergurau dengan orang-orang yang bergurau, lalai bersama orang-orang yang lalai, melakukan kesia-siaan bersama mereka yang melakukannya, sebagai upaya untuk mengagungkan hak al-Qur’an.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar